KETIKA “AROMA CENDANA MEREBAH KE SELURUH NEGERI”
Oleh: Asaroeddin Malik Zulqornain
“IMAJINASI” bagi seorang Pengarang adalah segalanya, berkat kekuatan imajinasinyalah seorang pengarang mampu menghasilkan karya bermutu. Dan cerita ’berlatar belakang sejarah’ terkadang di pilih oleh seorang pengarang sebagai arena untuk mempermainkan imajinasinya itu! Seperti halnya yang telah dilakukan oleh seorang Pertiwi Utami siswi SMUN 15 Bandarlampung yang minggu ini coba kita kupas cerpennya yang berjudul” AROMA CENDANA MEREBAH KE SELURUH NEGERI”
Cerita berlokasi di sebuah desa di Timor Leste pada saat proses integrasi kedalam wilayah NKRI sekitar tahun 1900-an dengan bentuk narasi ’saksi mata’ sang tokoh ’Aku’ yang yatim piatu (orang tuanya juga menjadi korban) ketika menyaksikan proses pembantaian terhadap warga yang menolak integrasi dari sebuah bilik bertumpukan jerami, Bagaimana kami melihat mayat-mayat itu di bakar hingga hangus menjadi abu dan debu yang berhamburan...demikian tuturnya di awal cerita”...Dari bilik itulah kami merasakan hari-hari yang menjadi sebuah ketakutan yang mengerikan. Kami terbiasa bernyanyi lagu-lagu tanah kelahiran. Namun sekarang memaksa diri untuk tidak melakukan kebiasaan yang telah mendarah daging itu” Sang Tokoh Aku tak mampu berbuat apapun demi untuk menolong, ....Mereka terpaksa menjahit seluruh inderanya seakan meleburkan diri bersama leburan lilin cair yang menyakitkan. Berpura-pura tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Semua itu dilakukan semata menjaga nyawa-nyawa ini yang bagi mereka tidak seperti dihargai. ”Akan kami tutup mata ini dengan kedua tangan, lalu masuk ke bawah ranjang lapuk. Diam dan bersembunyi” dan ”Takkan kami lepaskan jiwa-jiwa ini dengan begitu saja!....”Sungguh tidak mengenakkan menyaksikan tragedi kemanusiaan yang pada gilirannya hanya membuat rakyat tak berdosa yang jadi tumbalnya, Kami tidak tahu mayat-mayat siapa itu, tubuh siapa itu, darah siapa yang mengalir. Kami hanya tahu mayat-mayat itu membuat ayah, saudara, ibu ataupun adiknya tak ada yang berani mengakuinya. Menyakitkan melihat keluarga mayat-mayat itu tak ada yang memakamkan.....Tidakkah mayat-mayat itu bangkit dan meminta untuk dimakamkan sambil menangis dan merengek-rengek...walaupun kami mengupah seseotrang dengan beberapa batang emas tidak ada yang bersedia Ya Pada gilirannya sang aku pasrah: Kami tidak tahu siapa yang harus disalahkan.
Dampak psikologis dari tragedi kemanusiaan ini coba dirilis sang aku, ”Ketakutan menjadi kehitaman hati yang teriris-iris. Hak asasi kami telah hilang seiring zaman dan berangsur-angsur lumpuhnya seluruh desa yang perlahan tertutup tabir kehidupan, ”Kami tahu pro-kontra yang terjadi di desa ini telah membuat bulu kuduk berdiri. Padahal perbedaan seperti itu menjadi hal biasa untuk dapat hidup dan membuka cakrawala. Kalau seperti ini, bagaimana kami bisa berani melepas setiap jahitan indera yang telah kami rajut dengan gulungan benang ketakutan dan trauma”
’Kehitaman hati yang teriris yang telah menjadi gulungan benang ketakutan dan trauma’ adalah metafora yang cerdas untuk melukiskan kondisi rakyat yang tertekan dan hal itu sulit dibayangkan bisa dimunculkan oleh seorang anak ABG yang ketika peristiwa itu terjadi mungkin saja masih bayi, namun kekuatan dan keliaran imajinasi sang penulis lah yang membuat cerita ini seolah ’bernyawa’(padahal bisa dipastikan jika si penulis tak mengalami langsung peristiwa nun di Timor Leste sana) .....”Lihatlah Desa sekarang ini, Tuan, tidak ada yang bisa kau saksikan kecuali mayat-mayat yang terbujur kaku dan terbakar di sana”
Dengan Bermodalkan kekuatan imajinasinya, seorang Pengarang pasti akan mampu melahirkan cerita yang kuat sebagaimana halnya Pramudya dengan Tetralogi ”Bumi Manusia-’nya, sepanjang ia mau mengumpulkan segala fakta yang berkaitan dengan masalah yang menjadi titik sentralnya. Dalam Hal ini, Pertiwi Utami berusaha mendokumentasikan pengetahuannya tentang Timor Leste di era integrasi dari berbagai sumber sungguhpun dari sisi fakta banyak yang kurang tepat, namun sebagai karya fiksi yang coba melukiskan tragedi kemanusiaan dengan rakyat sebagai korban patut kita acungi jempol!
Ketika Aroma Cendana telah merebah ke seluruh negeri, Jadilah desa ini seperti Bandung Lautan Api. Kami sungguh ngeri melihatnya, dengan tangan kami berpuira-pura tidak tahu. Betapa hati kami sedih, namun kami hanya tutup mulut mencoba menahan isak tangis ini ”Takkan kami jumpai tempat persembunyian dimana kami melihat peristiwa ini. Kami akan merindukan desa ini dan semuanyua, sahabat kami juga tetabuhan”
Dari strukur penokohan, disamping tokoh sentral aku dan kami(mungkin adiknya) , orang tua dan lima sahabatnya yang telah tewas, ternyata muncul pula seorang nenek, Seorang nenek yang memegang tongkat yang bernyanyi lagu yang biasa kami nyanyikan sambil memetik senar dawainya. Sayangnya tokoh nenek terkesan dihadirkan sekedar untuk melukiskan bahwa bagaimanapun budaya daerah takkan mungkin hancur oleh keangkuhan sang angkara!
Sang Aku dan Kami memilih menjadi pengungsi yang kemudian di adopsi oleh keluarga lain di luar desa, ”Disini banyak anak tanpa orang tua, mereka seperti kami tidak memiliki atap untuk berteduh, juga seseorang yang bisa kami peluk erat” Kami hanya membawa pakaian yang melekat saja. Biarlah harta itu tetap terkubur disini. Aman dan terlindungi dari jamahan mereka. Takkan kami biarkan tangan yang telah membakar mayat-mayat itu mengusiknya, ”Cukuplah Balai Desa itu kau Bakar”
Kisah seorang anak yang luput dari bencana justru ketika aroma kematian begitu meraja di desanya , sehingga kedua orang tua dan lima sahabatnya turut menjadi korban sesungguhnya tak hanya terjadi di Timor Leste di tahun 1900-an, tapi juga tragedi semacam ini terus menerus berlangsung sejalan dengan dinamika kehidupan, seperti halnya tragedi Adam Air, Lavina 2 dan sebagainya-dan sebagainya,. Persoalan bagi kita adalah, tragedi kemanusiaan itu bisa menimpa siapa saja anak indonesia namun yang perlu kita catat bahwa itulah resiko hidup! Kematian adalah tarian yang harus dijalani oleh seseorang namun idealnya berlaku secara alamiah, tidak dipaksa oleh keadaan apalagi oleh yang namanya kekuasaan!
Dan Dengan imajinasinya yang piawai, Pertiwi Utami coba menyudahi cerpennya dengan gambaran kerinduan dirinya terhadap teman-temannya semasa hidup dalam pengasingan, ”Sekarang dimana kalian? Sudah 15 Tahun kita tak lagi berjumpa, setelah kalian di asuh oleh orang yang berbeda. Bagiku kalianlah pahlawannya”
Namun di bagian penutup, secara implisit, muncul galau dan bahkan ironi sang tokoh justru disaat,.....aku bisa mendengar nyanyian anak-anak timor kecil yang riang di atas tanah harta moyang kami yang dilindungi. Tugasku telah selesai. Harta kami diwariskan kepada anak-anak itu untuk kemudian dijaga. Dan ketika saatnya tiba mereka yang akan menjadi sendiri seperti kami yang seperti dianggap tidak ada keberadaannya.
Tugas apa yang dilakukan sang tokoh ketika kembali ke tanah kelahirannya? Sehinga ketika tugas itu telah selesai dikerjakannya dia harus kembali? Mengapa harus kembali? Kembali kemana? Mengapa keberadaannya dianggap tidak ada? Itulah pertanyaan yang muncul ketika kita menyudahi membaca Cerpen ini. Terkesan amat sangat menggantung sekaligus menantang kita untuk merenung. Dan sesungguhnya di titik inilah kita dapat menyimpulkan bahwa kekuatan sekaligus kelemahan cerpen ini justru pada endingnya! Maka adalah hal yang lumrah jika kemudian Cerpen ini dinobatkan Kantor Bahasa Provinsi Lampung sebagai Cerpen pemenang 1 Sayembara Cerpen Tingkat SMTA Tahun 2006. Selamat.
KARENA BOLA MATAMU
OLEH A.M.ZULQORNAIN
AKAN BEGITU BANYAK RAYUAN GOMBAL ANDA BISA PEROLEH KETIKA MELAHAP SEKITAR LAPAN PULUHAN PUISI DI BUKU YANG DIBERI JUDUL “KARENA BOLA MATAMU” BIKINAN BUNG IPUL ALIAS SAIFUL IRBA TANPAKA (46) DARI TELUKBETUNG…..SIALNYA KEGOMBALAN ITU BUKANLAH SEKEDAR RAYUAN YANG CAIBUCAI JUSTRU SEBALIKNYA: BICARA TENTANG CINTA YANG DITULIS DENGAN JUJUR DAN SEDERHANA NAMUN MEMAGUT HATI ANDA UNTUK TERUS MENGULITI ALUR CINTA YANG MELIUK MENGGELITIK SANUBARI SIAPAPUN YANG MENYIMAKNYA BAHKAN DENGAN LANTANG IPUL MEMPOSISIKAN DIRINYA SEBAGAI SANG PENYAIR CINTA SEBAGAIMANA KITA TEMUKAN DI PEMULA BKP INI ……..Aku Penyair Cinta. 1000 Tahun Tak Sudah. Menyeru-Nyeru Namamu. Dari Sepi Malam Dari Gemuruh Siang. Gelisah Yang Mengambang . ………….Aku Penyair Cinta. Menulis Puisi Cinta. Dari Senyuman Bibirmu Dari Tatapan Matamu. Dari Segala Dirimu. Asmara Membutku Mabuk Da Menderita
CINTA ITU ABSURD, MAYA, MISTRI NAMUN MEREKAT ERAT DI JIWA TIAP INSAN, SEBAGAI BUAH PERADABAN, TUAH KEHIDUPAN, PRASASTI DAN ROHNYA BINATANG BERAKAL YANG BERNAMA MANUSIA, DAN CINTA TERHADAP HUBUNGAN SESAMA ANAK MANUSIA (BACA: PRIA-WANITA) ADALAH BAGIAN TERKECIL NAMUN SOSOK TERPENTING DALAM SEJARAH KEMANUSIAAN, BAHKAN DENGAN JUJUR BELIAU MENERIAKKAN KECENGENGANNYA,…….Kalau Aku Bulan. Kau Purnamanya Kalau Aku Matahari. Kau Cahayanya. Kalau Aku Lautan. Kau Ombaknya. Kalau Aku Biola. Kau Iramanya. Begitu Hati Menyala-Nyala. Padamu PENDEKNYA SANG PENYAIR CINTA NAMPAKNYA MANTAP UNTUK MEMBUKUKAN KALIMAT-KALIMAT CINTA YANG PENUH KECENGENGAN SIALNYA LAGI-LAGI TIDAK CENGENG!
SUNGGUH! INI PUISI YANG DITULIS PENYAIR CINTA DENGAN SANGAT-SANGAT NAIF, APA ADANYA, DENGAN METAFORA YANG UMUMNYA KITA BISA RASAKAN DALAM HIDUP KESEHARIAN, DENGAN DIKSI YANG LUMAYAN KUAT TIDAK GELAP, ATAWA SOK ANEH, SOK HEBAT, SOK KEREN, KETIKA BERUPAYA MEMUNCULKAN HARMONI DALAM MENYENANDUNGKAN KATA MENJADI SUATU TARIAN TENTANG CINTA YANG MEMILIKI LISENSIA PUITIKA MENAWAN
SEBAGAIMANA DAPAT KITA TEMUKAN PADA BAIT YANG MENJADI JUDUL BKP INI: SBB:……..Aku Terpesona. 1000 Butir Embun. Berkilau Di Bolamatamu. Maha Keindahan. Istana 1001 Impian. Akulah Rajanya. Lalu Siapakah Engkau. Kusebut Gadis Atau Cinta. Putri Maha Jelita. Berkelana Dalam Diriku. 1000 Tahun Nyanyian. Melagukan 1 Tatapan……………Aku Terpesona Bagai Ikan Menggelepar. Bagai Daun Bergoyang. Bagai Pelangi Menari-Nari. Jiwaku Tunggku Melati. Putih Dalam Keindahan. Indah Dalam Kedamaian. Karena Bola Matamu. 1000 Khayal Padaku Maha Kerajaan. Keroiangan Yang Biru. Ahai!………….Aku Disileti Bayanganmu. Kenapa Begitu Pedih. Kenapa Begitu Perih. Kenapa Begitu Cintaku. Tangisan Yang Beludru. Kau Sulam Dihatiku
PUISI SEBAGAI KARYA SASTRA MEMANG WAJIB DI TULIS DENGAN PILIHAN KATA YANG LAZIM DI PAKAI DALAM KEHIDUPAN NYATA SEHARI-HARI, BUKAN KATA-KATA ANEH, NAMUN MENJADI HAL YANG TIDAK BIASA KETIKA SANG PENYAIR MENYUSUNNYA MENJADI KALIMAT / UNGKAPAN BARU YANG DIDALAMNYA MEMUAT DIKSI, METAFORA(SIMBOL-SIMBOL) SEDERHANA NAMUN NYAMBUNG KARENA BERHASIL MENUANGKAN IMAJI LIAR YANG MEMBUNCAH KALBUNYA DALAM BENTUK TEKS YANG MEMUAT RASA , MAKNA, KESAN YANG SERBA BARU DAN INDAH…….DAN SAIFUL MAMPU MENYUGUHKAN TARIAN KATANYA DALAM KBM DENGAN SANGAT LIHAI SEHINGGA PUISI-PUISI YANG DITULISNYA SEOLAH BERSENANDUNG RIANG MENARIKAN TARIAN CINTA DENGAN LIRIK-LIRIK GOMBAL, UNGKAPAN – UNGKAPAN CENGENG NAMUN SEKALI LAGI JAUH DARI KESAN GOMBAL DAN CENGENG!
KEKUATAN UTAMA KBM ADALAH KEMAMPUAN IPUL UNTUK MEMBUNYIKAN TEKS CINTA DENGAN NAIF/APA ADANYA NAMUN MENYENTUH BAGIAN TERDALAM SETIAP ANAK ADAM YAKNI NURANI! BAGI PARA ABG YANG SEDANG, AKAN ATAU PUTUS CINTA, SILAKAN AMBIL PUISI YANG ADA DALAM BUKU INI SEBAGAI CONTEKAN LALU KIRIMKAN KEPADA PACAR ANDA, SAYA YAKIN, SIAPAPUN YANG MENERIMANYA AKAN TERGETAR HATINYA, LULUH EGONYA DAN ANDA PASTI BERHASI MEMILIKINYA …..Karena Cintaku Lautan. Kusebut Kau Kekasih. Karena Cintaku Pegunungan. Kusebut Kau Kekasih. Karena Cintaku Cakrawala. Kusebut Kau Kekasih Maka Bukalah Hatimu (KUSEBUT KAU KEKASIH HALAMAN 33)
KARENA SESUNGUHNYA HAKEKAT CINTA SEPASANG ANAK ADAM, TERUTAMA BAGI KAUM PRIA, ADALAH BAGAIMANA MEMBIDIK DAN MELESATKAN BUSUR PANAH AMOR ANDA PERSIS MENANCAP DI JANTUNG SANG PUJAAN UNTUK KEMUDIAN DIKUASAI OLEH ANDA ATAS NAMA KESETIAAN DAN KETULUSAN CINTA. DAN YANG NAMANYA RAYUAN GOMBAL, KALIMAT-KALIMAT CINTA YANG CENGENG SIALNYA BAGI KAUM HAWA TANPA DISADARI JUSTRU ADALAH AJI PAMUNGKAS UNTUK MELULUHKAN KEBEKUAN HATI SANG DEWI. HAMBATAN MUNCUL KETIKA SANG ARJUNA TAK PUNYA KEMAMPUAN UNTUK MEMBUAT UNGKAPAN-UNGKAPAN KALBUNYA DENGAN BERNAS, PAS DAN SAKTI………UNTUK ITU JANGAN KHAWATIR. BUNG IPUL SUDAH MENYIAPKAN CONTEKANNYA SILAKAN ANDA PILIH MANA PUISI YANG PAS UNTUK JADI SENJATA ANDA BUAT MEMAGUT SANG PUJAAN HATI, GAK PERLU PUSING-PUSING. DISINILAH KEKUATAN KBM, SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENULIS PUISI BAGI PARA PEMULA, DAN SANG PENYAIR CINTA BOLEH KITA JULUKI SEBAGAI SANG GURU PUISI CINTA YANG OKE PUNYA!
SAYA SALUT PADANYA PADA KEBERANIANNYA UNTUK MENGEMBALIKAN HAKEKAT PUISI KEPADA KESEDERHANAAN DAN KEJUJURAN PENGUNGKAPAN SUNGGUHPUN OLEH PARA PENYAIR BESAR MUNGKIN DIANGGAP HAL INI CUMA KUMPULAN PERMAINAN KATA SEORANG IPUL YANG TIDAK ADA ARTINYA SAMA SEKALI! TAPI TIDAK BAGI SAYA JUGA TEMAN-TEMAN KAWULA MUDA JUSTRU KBM ADALAH MEDIA APRESIASI PUISI, DAN PUISI BUKAN HAL YANG MESTI DITAKUTI, DIANGGAP ANEH, DIANGGAP MAHLUK ANTAH BERANTAH. PUSI ADALAH CETUSAN NURANI TERDALAM ANAK ADAM DALAM BENTUK TEKS YANG MAKNANYA RELATIF BISA DIANGGAP MEWAKILI PERASAAN ORANG-ORANG YANG MEMBACANYA!
Minggu, 23 November 2008
RESENSI
Diposting oleh Mandok Lampung di 22.38
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
tabik... kidang kik sikam SANG BUMI RUWA JURAI khadu cukup jadi pertanda bahwa lampung ji kaya..Kata (Sang)bukan (sai bumi) yang memiliki kaedah bahasa lampung pesisir yang pas. tabik...
Posting Komentar