TABIK PUN PUAKHI SIKAM HAGA TUNGGA TABIK PUN PUAKHI SIKAM HAGA TUNGGA TABIK PUN PUAKHI SIKAM HAGA TUNGGA

Selasa, 25 November 2008

KELAMPUNGAN

“KELAMPUNGAN”
oleh asaroeddin malik zulqornain



‘Seni budaya Lampung’ sebagai refleksi gejolak jiwa ulun Lappung sesungguhnya sudah sejak jaman purba (sampai tulisan ini disusun) telah menjadi Tuan Rumah di Sai Bumi Ruwa Jurai. Terbukti sampai hari ini pembaca masih sering mendengar istilah Cakak Pepadun, Cangget Bakha, Muli Mekhanai, Tapis, Tiyuh, Tari Sembah dan Bahasa Lampung. Agaknya, sebagai tuan rumah yang baik, orang Lampung dengan piil pesenggiri yang mendarah daging di jiwanya, mengikhlaskan saudara-saudaranya yang datang“ "bertamu” ke Sai Bumi sebagai pendatang dipersilakan untuk menikmati kehidupannya diperantauan Lampung dengan budaya leluhurnya masing-masing! Sebagai tuan rumah yang tahu diri, orang Lampung selalu berlapang dada ketika para pendatang memilih bersikap ‘Sai bumi kupijak kidang langitne kuacak-acak’ ketimbang bersikap arif: Dimana bumi di pijak disitu langit dijunjung!
Sikap terbuka ulun Lappung inilah yang sesungguhnya mengakibatkan seni budaya Lampung seolah-olah terkucil, terasing, terabaikan dan terancam punah sebagaimana yang diteriakkan oleh hampir bagian terbesar peserta serial diskusi kelampungan yang digelar Dewan Kesenian Lampung akhir-akhir ini.
Ironisnya, nun di corong RRI Tanjungkarang pada setiap Sabtu Malam, digelar Ragom Budaya Lampung yang ditangani oleh Suntan Purnama dkk dan kini tercatat 60 pekon/tiyuh hadir disana (TMT i Juni 2001 yl) antara lain dari Marga Abung, Selagai Lingga, Buku Jadi, Way Semah, Nuban, Anak Tuho, Nynyai dan masih banyak lagi untuk mengumandangkan Diker, ringget, Minjak Nari, Warahan dan sebagainya yang sudah pasti disenandungkan dengan indah dalam bahasa Lampung (Radar Lampung 10/6).






2

Dari acara Ragom Budaya Lampung RRI Tanjungkarang sesungguhnya membuktikan kepada pembaca bahwa kesenian lampung tetap tumbuh dan berkembang dikalangan orang lampung ditengah teriakan dan kesalah kaprahan para pemerhati kesenian Lampung di Bandarlampung! Kenapa? Karena kesenian sesungguhnya gejolak jiwa seseorang/sekelompok orang yang mencintai dan menjiwai tradisi leluhurnya sungguhpun tanpa bantuan dari siapapun juga! Dan ketika RRI Tanjungkarang mengumandangkan suara seni budaya orang Lampung sekaligus mewartakan kepada dunia bahwa kesenian lam p u n g itu ada dan berkembang sungguhpun hanya dikomunitas yang terbilang kecil! Maka hadirin pun terpukau. Pesonanya meyakinkan kita bahwa kelampungan sampai hari ini tetap utuh dan berkembang! Gemanya berkumandang menggelora bagai debur ombak Laut Teluk Lampung! Kenapa di Begawi Bandar Lampung, Festival Krakatau, atau Diskusi Budaya DKL gema itu tak memantul?. Itu adalah persoalan lain!
Jika di HUT Jakarta 22 Juni lalu, kebetawian demikian menggelora di kalbu segenap warga Jakarta seperti kita saksikan di layar kaca, bahkan kini kebetawian cenderung menguasai jagat layar kaca dan bisa boleh jadi pengaruh betawi akan mencengkram dengan kuatnya dalam prilaku budaya nusantara. Kenapa bisa demikian? Karena orang jakarta amat mencintai seni budaya betawi siapapun dan darimanapun ia berasal!
Kelampungan sebagai roh kesenian bukanlah sesuatu yang lahir dan datang begitu saja dalam jiwa setiap orang Lampung. Dunia kesenian bukan dunia akal-akalan. Bukan dunia retorika apalagi aji mumpung, sebalinya dunia jiwa sejati! Roh kesenian adalah jiwa yang mencinta dengan tulus terhadap leluhur. Mendiskusikan kesenian Lampung dengan hanya mengandalkan rasionalitas jelas suatu hal yang salah kaprah dan keliru besar karena pada akhirnya akan bermuara pada posisi : Cuma bisa bikin kilah ketimbang risalah! Dan menjadi pelaku seni adalah suatu profesi mulia, karena dunia seni sepenuhnya mengandalkan intuisi(perasaan) dan cuma secuil porsi untuk intlektualitas. Seniman amat sangat wajar jika yang bersangkutan dalam berkarya mengandalkan intuisi ketimbang rasio.

3
Seniman sangat intuitif ketimbang intelek! Maka bersebadan dengan kelampungan rasanya bukan hal yang nista apalagi berbahaya. Karena kelampungan adalah masalah perasaan bukan akal-akalan. Dan jika anda mengaku diri sebagai seniman Lampung sehingga berhak mernghakimi kehidupan kesenian Lampung dengan suara sumbang, jelas bukan suatu sikap yang bijak! Terlebih lagi mendiskusikan kesenian Lampung dengan pendekatan rasionalitas lewat jubah dan kacamata di luar bingkai kesenian bahkan mengandalkan status sosial yang bersangkutan di luar dunia kesenian adalah suatu hal yang sepatutnya diperboden karena hasilnya pasti akan merendahkan posisi kesenian Lampung!
Realitas yang mengganjal perkembangan dunia kesenian Lampung adalah sedikitnya jumlah seniman Lampung ketimbang jumlah pemikir kesenian Lampung! Khususnya di Bandarlampung, adalah tempat mangkalnya kaum pemikir kesenian namun amat sangat sedikit kaum perasa kesenian Lampung! Sialnya, Bandarlampung sebagai ibukota propinsi memiliki akses ke jaringan nasional untuk mengitam putihkan kesenian Lampung dan hasilnya? Lampung dinyatakan sebagai Indonesia mini! (Bandingkan dengan kebetawian di Jakarta) Dan adalah hal yang lumrah jika ruang sastra di koran-koran ibukota Lampung lebih banyak menyuarakan sastra indonesia ketimbang sastra Lampung. Lantas sikap orang Lampung? Dengan piil pesenggirinya cuma bisa menangis dalam hati ketika menyaksikan sang pendatang bertandang dengan garang menyuarakan kependatangan mereka diseluruh tempat kesenian kecuali RRI Tanjungkarang. Lalu dengan retorikanya yang aduhai menyalahkan orang Lampung yang tidak mampu memperjuangkan kelampungannya, bahkan seolah-olah kesenian Lampung sudah harus mati tapi ketika yang bersangkutan diajak bicara dalam bahasa Lampung, maka dengan ringan beliau menjawab: tidak bisa! (Padahal ibu dari kesenian adalah bahasa-pen). Bagaimana mungkin ingin menjadi orang Lampung jika belajar bahasa Lampung saja tidak mau? Dalam dunia politik, wajar jika para anggota DPRD berjiwa Pancasila/NKRI. Wartawan berwawasan kebangsaan. Tapi adalah hal yang keliru jika pelaku kesenian Lampung tidak mau tahu, tidak mau cari tahu tapi sok tahu tentang kelampungannya!



4
Para pemikir kesenian Lampung (yang jumlahnya membludak - berbandingterbalik) dengan kaum perasa kesenian Lampung seyogyanya bersikap arif dalam melampungkan kelampungan dirinya di jagat kesenian Lampung. Sikap terbuka penduduk Lampung janganlah diartikan kelemahan. Sikap cueknya janganlah diartikan keangkuhan. Sebab sesunggunnya dibalik semua itu tersembunyi kelembutan jiwa sebagai refleksi dari kecintaan orang Lampung menghayati Piil pesenggiri dan adat/ seni budaya leluhurnya dan lewat corong RRI Tanjungkarang kita akan dengar kelembutan dan keindahan bahasa Lampung yang didendangkan oleh para perasa kesenian Lampung yang datang dari pelbagai sudut terpencil Sai Bumi Ruwa Jurai!
Serial Diskusi Budaya yang di gelar DKL jika ingin out put maksimal yang bermanfaat bagi tumbuh dan berkembangnya dunia seni budaya Lampung khususnya di Bandarlampung seyogyanya di tata ulang, antara lain lebih memperioritaskan kepada kehadiran nara sumber yang berasal dari kaum perasa kesenian Lampung. Dan yang paling fundamental/benang merah sekaligus jiwa dari diskusi ini adalah: Bahwa seni budaya Lampung itu sampai hari ini tetap tumbuh dan berkembang dengan wajar, tetap menjadi tuan rumah yang baik. Namun akibat ulah sebagian pendatang yang enggan mengakui keunikannya dan lebih suka menyebadani kesenian leluhurnya masing-masing-lah yang menjadi penyebab utama terganjalnya pemasyarakatan kesenian Lampung, khusunya dalam penggunaan bahasa Lampung sebagai bahasa pergaulan antar warga Lampung di Lampung! Dalam membahasnya hendaklah bersikap arif dengan mengandalkan intuisi bukan intletual apalagi sekedar retorik, sebab kesenian bukan akal-akalan tapi perasaan! Pemikiran tentang kesenian dibutuhkan sepanjang untuk perlindungan terhadap karya cipta, upaya untuk memfasilitasi tampilnya kreator seni budaya Lampung yang bermutu, unik dan monumental. Dan hanya kepada seniman Lampung yang mencintai kelampungannyalah yang kelak akan berhasil membesarkan seni budaya Lampung. Jika Inul dengan ngebornya menjadi fonomenal di jalur dangdut, seni budaya Lampung pun suatu ketika pasti akan tampil ikon-ikon baru yang segar dan menggemparkan sepanjang kita memperlakukan kesenian Lampung dengan gelora cinta bukan caci maki! Tabik Pun Puakhii, kilu mahap. (Kedaung, 23062003)

BAHASA LAMPUNG
TAKKAN MUNGKIN PUNAH


OLEH: A.M.ZULQORNAIN


Ketika Tanoh Lappung, “Sai Bumi Ruwa Jurai” (tulisan yang terdapat pada lambang daerah Lampung) yang artinya Satu Bumi dua keturunan: Pepadun & Saibatin dipelintir maknanya menjadi ‘pendatang dan asli’, dapat dipatahkan dengan argumen jangankan di Lampung bahkan di kutub utara pun sekalipun pasti ada penduduk asli dan pendatang, Muncul kemudian slogan bahwa Lampung adalah ‘Indonesia mini’ Dan Gubernur Lampung, Syahroeddin ZP dengan lantang mematahkan isu murahan ini dalam pidato pembukaan pergelaran kesenian Lampung di Saburai (23/7), karena ‘Indonesia mini’ jika diartikan sebagai tempat berkumpulnya beragam suku/etnik pasti bisa didapatkan dimana saja di wilayah NKRI dari Sabang sampai maroeke

Jika di daerah lain di luar daerah Lampung filosofi “Dimana bumi di pijak – disitu langit di junjung” dalam arti seseorang harus segera ‘mempalembangkan’ dirinya dengan dialek “berapo ongkos ke Plaju, Mangcek?” (Palembang) atau membetawikan dirinya dengan dialog lu-gue ketika di Jakarta dan seterusnya sampai harus memelayukan bahasanya ketika kembali ke kampung halaman setelah menjadi TKW/TKI di negri Jiran,




2
Di Lampung justru sebaliknya, bahkan muncul joke: Ada dua orang sedang terlibat pembicaraan berbahasa lampung, lalu datang orang ketiga yang tidak bisa berbahasa lampung, dan agar yang bersangkutan bisa langsung terlibat pada pembicaraan maka kedua orang itu serta merta mengganti bahasanya bukan dengan bahasa Indonesia justru bahasa ibu si orang ketiga!

Ketiga fakta yang penulis sebutkan di atas merupakan hambatan utama dalam pemasarakatan bahasa Lampung, kesemuanya bersumber dari tidak adanya rasa bangga menjadi orang Lampung bahkan merasa liom (malu-pen) dan merasa diri kampungan jika berkomuniasi dalam bahasa ibunya

Lampung sebagai kesatuan budaya rasanya tidak mungkin mengundang kontroversi lain halnya jika menjadikan lampung sebagai kesatuan politik dan plihan menjadikan bahasa lampung sebagai alat berkomunikasi antar sesama warga –sebagaimana halnya yang terjadi di seluruh wilayah NKRI- dapat dijadikan sebagai benang merah yang mengikat warga untuk membangun lampung dengan kebersamaan dalam persepsi, misi dan visi sehingga kebangkitannya sebagai propinsi yang unggul dan memiliki daya saing dapat segera terwujud, Dan Semboyan “Demimu Lampungku-padamu baktiku” seyogyanya membara di setiap jiwa warga lampung




3
Berkembang hanya di masyarakat adat
Bahasa daerah Lampung adalah salah satu dari 700 bahasa ibu yang ada di Indonesia, sampai hari ini tetap tumbuh dan berkembang terutama di masyarakat adat di seluruh wilayah Lampung sungguhpun dalam upaya pemasarakatannya masih dilakukan dengan setengah hati dan kurang mendapat dukungan maksimal dari pemerintah daerah baik propinsi maupun kabupaten/kota. namun masyarakat adat Lampung di pedesaan tetap setia memakai dan mem’besarkannya’ seperti halnya bisa kita dengar di RRI Tanjungkarang dalam acara ‘Ragom Budaya Lampung’ pada setiap malam minggu. Kumandang kesenian sastra lisan Lampung yang disuarakan oleh berbagai kelompok masayarakat adat dari seluruh peloksok Lampung yang datang berbondong-bondong pun tanpa di bayar sesen pun adalah bukti nyata eksistensi dan revitalisasi bahasa lampung ditengah upaya pemarjinalan yang maksimal dari para elit dan tidak tersedianya pejuang budaya yang peduli dengan perkembangan bahasa lampung di level propinsi.

Elit cuma sibuk seremoni
Minimnya dukungan budaya dari para elit di level propinsi tidak membuat perkembangan bahasa Lampung terpuruk, namun akan jauh lebih baik jika sikap moral para tokoh masyarakat adat Lampung lebih mengedepankan upaya dan setrategi bersama memasyarakatkan bahasa Lampung ketimbang sibuk dalam kegiatan yang bersifat seremoni dan politik praktis thok!



4
Akan Jauh Lebih mulia jika para elit Lampung bersikap bijak untuk mensosialisasikan pembuatan perda penggunaan bahasa Lampung dalam pergaulan sehari-hari, atau memperjuangkan terbitnya peraturan gubernur tentang kewajiban berbahasa Lampung bagi setiap pejabat dalam acara non resmi, misalnya ketimbang meneriakkan kegalauan bahwa bahasa lampung 75 tahun lagi akan punah, terlebih lagi penilaian seperti yang disuarakan oleh Rektor Unila Muhajir Utomo…”..bahasa jawa atau minang tidak usah dimotivasi pemerintah sudah bisa berkembang dengan sendirinya , tapi kalau bahasa lampung kan tidak? Bahasa Lampung membutuhkan komitmen…dan kesungguhan pemerintah daerah untuk membangkitkan kembali bahasa daerahnya” (Lampos 22/2/07) Tentu akan jauh lebih mulia jika beliau membuka kembali Program studi D-2 & D-3 Bahasa Lampung yang sejak tahun 2003 ditutup.

Revisi program mulok
Memang Pemerintah Daerah khususnya bidang pendidikan telah melaksanakan program dalam upaya mensosialisikan bahasa lampung yakni memasukkannnya dalam kurikulum muatan lokal sejak SD sampai SMTA. Dalam perkembangannya memang mengalami hambatan dalam arti implementasi pembelajaran bahasa lampung tidak muncul dalam operasional anak didik ketika berkomunikasi.. Hal ini terjadi akibat ditetapkannya skala prioritas dalam kurikulum tersebut pada kemampuan siswa menulis aksara lampung (kaganga) ketimbang dapat bicara bahasa Lampung.



5
Untuk ke depan, akan jauh lebih baik jika kurikulum tersebut di revisi., dalam arti untuk tingkat SD sampai SMTP lebih focus pada kurikulum pembelajaran bahasa lampung secara aktif, sehingga hasilnya akan dapat dinikmati langsung oleh anak didik baik dalam berkomunikasi verbal dengan lingkungan dan orang tuanya.maupun untuk korespondensi. Untuk belajar Aksara Lampung dapat dimunculkan di tingkat SMTA.

Hal ini perlu segera dibenahi karena out put muatan lokal bahasa daerah lampung saat ini hanya sekedar mengantarkan anak didik untuk dapat menulis aksara lampung dengan benar, sehingga terkadang muncul kebingungan dari para orang tua yang notabene biasa berbahasa lampung ketika putranya memintanya untuk menyelesaikan pe-er yang ditulis dalam aksara Lampung!

Jika hal ini bisa dilaksanakan, penulis yakin bahwa generasi muda Lampung terutama di daerah perkotaan akan dapat berkomunikasi dalam bahasa Lampung dan tujuan pendidikan bahasa Lampung di sekolah akan menuai hasil yang maksimal. Sebaliknya jika kurikulum tidak di revisi, proses pemasarakatan bahasa daerah lampung akan terkendala dan hanya sekedar penambah nilai untuk bisa lulus sekolah tepat waktu






6
Tidak cukup Cuma sekedar merek
Melampungkan kelampungan orang lampung dengan menjadikan bahasa lampung sebagai bahasa pergaulan antar sesama warga di seluruh wilayah lampung pada akhirnya akan dapat membangun jati diri orang lampung yang berpiil pesenggiri bukan sekedar klise dalam sebutan kopi lampung, lampung plaza dan sebagainya.
Penyadaran untuk bersama berbahasa lampung paling tidak dalam pergaulan sehari-hari, entah di pasar, kantor, rumah, atau dimana saja dan kapan saja diharapkan akan dapat menumbuh kembangkan kesadaran untuk menjadi orang lampung sejati. Bagi penduduk asli memulainya dengan meminggirkan budaya liom ketika harus berkomunikasi dalam bahasa ibunya dengan siapapun, dan pendatang mesti memiliki rasa banggga untuk menjadi orang lampung. Jangan saling salah menyalahkan, siapapun dia darimanapun asalnya ketika merasa sudah pandai berbahasa lampung mesti siap dan berani menyebar luaskannya ke orang-orang terdekat disekitarnya, begitu pula halnya kepada yang ingin menjadi dan menguasai bahasa lampung, maka dia harus berguru, karena bagaimanapun juga takkan ada guru yang mencari muridnya!

Pemerintah Daerah memang berkepentingan dan bertanggungjawab dalam pelestarian bahasa lampung, namun dalam prosesnya harus melibatkan seluruh warga tanpa terkecuali dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sebagai proyek moral sebagai pertanda rakyat lampung sejati


7
‘Dialek’ lampung - indonesia
Pada saatnya nanti Indonesi akan mengenal ‘dialek’ lampung – Indonesia yang khas dan unik di media tivi nusantara, sehingga peranannya dalam perkembangan bahasa Indonesia dapat diperhitungkan dan disejajarkan dengan daerah – daerah lain yang sudah lebih dahulu dikenal. Kondisi ini akan segera kita nikmati jika budaya liyom ulun lappung dan budaya bangga pendatang yang tidak bisa bicara lampung binasa bersama berkat tuah piil pesenggiri yang menjadi kekuatan sejati rakyat Lampung. Jika prosesi sebambangan (bergabungnya dua kekuatan yang saling mencintai) ini terjadi, insyaallah Bahasa Bumi Ruwa Jurai akan berkumandang dijagat nusantara. KIMAK GANTA KAPAN LAGI, KI MAK KHAM SAPA LAGI, PUAKHII (Sukamaju, 25307)



PUISI-PUISI BERBAHASA LAMPUNG:

LOHOT JAK LAMPUNG ART EXPO 2004

Puisi asaroeddin malik zulqornain

Lampung Art Expo 2004
Ganta Hatong lagi di Sai Bumi Khuwa Jukhai
Guwaine DKL Jejama Perupa Andalas
Ngukhikko seni rupa Sumatra

Jak Seminung sampai Rajabasa
Jak Pubian sampai Kelumbayan
Wat Kaganga sampai Canggot Bakha
Wat Pisa’an sampai Bubandung
Sinalah sikam Ulun Lappung
Sinjilah Seni budayo lappung

Temadan wi temadan
Ki kham pagun liom hati
Jadiko senibudayo kham
Pesirah di lamban tenggalan


Puakhi wi Puakhi
Helaune Kham Mak Miwang lagi
Bangga bangga wi kuti
Jadi Ulun Lappung

Lampung Art Expo 2004
Ganta kham nikmati jejama
Sesanne DKL
Jamo Ruwa Jurai




LOHOT JAK PUAKHI
Puisi asaroeddin malik zulqornain


Jak Seminung sampai Rajabasa
Jak Pubian sampai Kelumbayan
Wat Kaganga sampai Canggot Bakha
Wat Pisa’an sampai Bubandung
Sinalah sikam Ulun Lappung
Sinjilah Seni budayo lappung

Temadan wi temadan
Ki kham pagun liom hati
Jadiko senibudayo kham
Pesirah di lamban tenggalan


Puakhi wi Puakhi
Helaune Kham Mak Miwang lagi
Bangga bangga wi kuti
Jadi Ulun Lappung
2005





LEBON

Tagan nyak tenggalan sai ngeliak
Kenawat lebon di kanik ulun jak tengkudu
Sesanoman pedom di lamban pekon ampai
Kidang mak kutungga juga puting beliung
Ulih tetabuhan kulintang pring mak kunyana
Didengi tian panglipangdang

Halok kuti mulang mit pekon tenggalan wi
Tagan, taganko kenawat ki mak liyu
Lapah cukut pah lapah
Mulang muakhi mak bepuakhi
Ulih kenawat khadu bela caibucai

Hagani kuti kham sinji teberuh di hanghlaya balak
Lebon di pekonku tenggalan
Kidang cangget agungku
Seangkonan pedom di lom hati
Temadan ki kenawat dikanik tian
Kham mak bela puakahi!

Sukamaju 150103





LOHOT TANDANG MIDANG

Lohot tandang midang
Kipak tikham kemawasan
Liom pulipang besanding pring
Liom kanah kidang ganta caibucai
Ukhik hagane bersemanda tanoh lappung
Tunggutubang lipang mak kulipang
Tunggu bangik kipak sansat mak selamat

Lohot tandang midang
Pulipang tanoh sebrang
Kipak tiuhmu bella
Kidang tikhammu ganta sebambangan
Jama puakhimu tenggalan

Hagane kuti ingok jama pekon ampaimu,
Tanoh Lappung
Dang dang beni kuti kemawasan
Dang Dang beni kuti kebablasan
Mulang mulang wi puakhi
Tanoh lappung tikham midangmu
Ulun Lappung puakhimu ganta

(Sukamaju, 220103)



JUADAH GERBANG SUMATRA
Oleh asaroeddin malik zulqornain

“khangok Gerbang Sumatra”
Adokne Ruwa Jurai Sai dikeni ulun nusantara
Ulih Mati lamon tian ngusung sesan anjak pekon kham sinji
Mulai kupi, kekhipik gedang sampai sambol
Sinalah sai dikenang tian jak Bumi Lado

Temon kham wat kaganga
Kidang Cuma di kertas ulangan sanak sekula
Tian mak mungkin tungga di Mall, Pasar, Pelabuhan
api moneh di hanglaya

Temon Wat tari sembah
Kidang watne di seremoni pejabat hatong
Temon Kham wat dadi, pisa’an sampai bubandung
Kidang Cuma dapok didengi anjak RRI tanjungkarang

Pangpulipang lipang mak kunyana
Wajar ki tian mak kenal dialek kham di tivi
Ulih Kham Cuma dikenal tian sebagai
si kupi, si kekhipik jama si sambol
anjak tumbay!
Sebagai juadah di khangok gerbang sumatra!

Puakhi,
Pagun kodo budayo kham dapok besanding pekhing
Sebagai zamrud khatulistiwa?
ukhikko kebanggan kham
Selaku ulun Lappung tanno!

Kedaung, 0412042300






BANDARLAMPUNGKU 323 TAHUN
ASAROEDDIN MALIK ZULQORNAIN

UNGGAL HANI KUHANIPI HANGLAYA HATI
TELIYU MIT PESAWARAN SAMPAI OLOKGADING
NYEPOK KICAUAN MANUK BERKAGANGA
JUADAH BANDARLAMPUNGKU SAYANG

LOHOT TANDANG MIDANGKU GANTA MAK LAGI
BESANDING KEANGKONAN
ANGKONKU MAK BEPUAKHI
JAMA PEKON TENGGALAN!

LIPANG DANG LIDANG, PUAKHI
PAGUN KODO KHAM NGANIK JUADAH JEJAMA?
DILOM KICIK, DI LOM KICAU, DI LOM LAMBAN,
DI LOM TUNGGA MIDANG
SAI KUHANIPI UNGGAL HANI?


LAHLAWI API DAYA
KI KHAM HAGA NYEPOK PEKON SIKAM
ANJAK HANGLAYA HATI
ULIH GANTA HADU HAGA LEBON
KIDANG KI MAK GANTA KAPAN LAGI
KI MAK KHAM SAPA LAGI
SAI HAGA BEPUAKHI DIKICAUAN MANUK-MANUK
KHUWA JUKHAI

UNGGAL HANI KUHANIPI
UNGGAL HANI KUSEPOK
JUADAH BANDARLAMPUNGKU SAYANG:
KAGANGA

SUKAMAJU, 150605

0 komentar: